≽^• ˕ • ྀི≼
𝜗ৎ||SAINT MARY'S WAY 1!!||☘
Bahasa Indonesia
Dalam rangka kegiatan Saint Mary’s Way, sekolah membagi kami ke dalam beberapa kelompok untuk melaksanakan tugas pelayanan di berbagai tempat. Saya ditempatkan bersama tiga teman saya sebagai tim yang bertugas membantu pelayanan anak di Gereja Kristen Indonesia Maulana Yusuf (GKIMY). Program ini dirancang bukan sekadar sebagai kegiatan pelayanan, tetapi juga sebagai sarana untuk membentuk karakter kami sebagai pelajar yaitu mengembangkan kemampuan intelektual, memperdalam kepekaan sosial, serta menumbuhkan sikap melayani dengan hati seperti teladan Bunda Maria. Melalui kegiatan ini, kami diharapkan tidak hanya memahami nilai-nilai tersebut secara teori, tetapi juga menerapkannya secara nyata dalam hubungan dan tindakan terhadap orang lain.
Alasan kami memilih untuk membantu GSM dari GKI Maulana Yusuf adalah karena kami ingin meneladani kasih, kerendahan hati, serta kepedulian yang selama ini tercermin dalam diri Bunda Maria. Sepanjang hidupnya, Maria menunjukkan sikap pelayanan yang tulus tanpa pamrih, ia membimbing Yesus dengan penuh cinta dan kesetiaan. Sikap pelayanan inilah yang menginspirasi kami bahwa hidup bukan sekadar menerima, tetapi juga memberi. Kami menyadari bahwa untuk menjadi pribadi yang dewasa, kita tidak boleh hanya menunggu dilayani, kita harus berani melayani sesama seperti yanf Yesus katakan dalam injil Matius 20:28 yang berisi “Sama seperti Anak Manusia datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang.”
Awalnya, jadwal pelayanan kami direncanakan berlangsung selama minimal tiga minggu. Namun, karena bersamaan dengan kegiatan Sekolah Minggu Padang yang sedang diikuti oleh para teman-teman yang ada di kelompok saya, kami hanya dapat melayani secara lengkap selama satu minggu pertama. Minggu berikutnya tidak bisa kami hadiri karena pada saat itu adalah hari berlangsungnya kegiatan Sekolah Minggu Padang. Meskipun pelayanan kami menjadi lebih singkat, kami tetap berkomitmen untuk menjalani kegiatan selanjutnya dengan sepenuh hati seperti yang kami lakukan dari awal kegiatan Saint Mary's Way (SMW).

Pada minggu pertama pelayanan, kami memulai dengan memperkenalkan diri kepada para GSM, anak-anak Sekolah Minggu, serta para orang tua yang mendampingi. Di awal, saya dan teman-teman merasa sangat canggung ketika berinteraksi dengan adik-adik balita dan batita. Kami khawatir tidak mampu memahami kebutuhan mereka atau mengikuti ritme kegiatan yang sudah berjalan. Namun, sambutan hangat para GSM membuat kami jauh lebih tenang. Mereka membimbing kami dengan sabar, mulai dari cara menyapa anak-anak, mengajak bermain, hingga membantu mereka menyelesaikan aktivitas sederhana. Perhatian dari para GSM membuat kami semakin percaya diri.

Memasuki minggu kedua pelayanan, saya dan teman-teman mulai merasa jauh lebih nyaman. Kami sudah bisa berbaur dengan baik dan menyesuaikan diri dengan ritme kegiatan yang ada. Banyak hal baru yang kami pelajari, seperti cara mengatur kelas balita, memberikan arahan sederhana, menciptakan suasana aman, serta menjaga agar anak-anak tetap fokus dan senang. Kami juga mulai mengenali karakter tiap anak, ada yang sangat aktif, ada yang pemalu, dan ada pula yang membutuhkan pendekatan bertahap. Respons positif dari anak-anak, para GSM, serta para orang tua membuat kami merasa diterima sebagai bagian dari keluarga GKIMY.
Meskipun suasana pelayanan semakin menyenangkan, kami hanya dapat melayani secara lengkap selama dua minggu karena berbagai kesibukan anggota kelompok. Setelah melakukan diskusi yang cukup panjang, Alexa, salah satu anggota kelompok kami, bersedia menjadi perwakilan untuk melanjutkan pelayanan seorang diri di kelas balita pada minggu berikutnya. Kami sangat menghargai keputusannya dan merasa bangga karena ia tetap berkomitmen untuk meneruskan tanggung jawab kelompok meski harus melayani seorang diri. Walaupun saya sendiri hanya dapat melayani dua kali, saya merasa sudah mendapatkan banyak pelajaran berharga.
Selama menjalankan kegiatan Saint Mary’s Way, saya merasakan berbagai pengalaman menyenangkan sekaligus tantangan. Saya belajar bahwa pelayanan membutuhkan kesabaran, ketulusan, serta kerelaan untuk membantu tanpa mengharapkan balasan. Saya juga belajar memahami cara berpikir dan merespons dari anak-anak kecil bagaimana mereka belajar, bermain, dan melihat dunia. Tantangan di awal, seperti rasa canggung dan kesulitan menyesuaikan diri, justru membantu saya berkembang menjadi pribadi yang lebih dewasa dan bertanggung jawab.
Yang paling penting dalam pengalaman ini adalah bahwa saya dapat merasakan nilai-nilai yang dihidupi oleh Bunda Maria secara nyata, kerendahan hati, ketekunan, kasih sayang, dan kesediaan untuk hadir bagi orang lain. Saya menyadari bahwa pelayanan bukan harus berupa tindakan besar atau luar biasa; justru pelayanan sering hadir dalam hal-hal kecil seperti membantu anak belajar, menemani mereka bermain, atau memberikan senyuman kepada orang tua yang mendampingi.
Saya sangat bersyukur bisa menjadi bagian dari kegiatan ini. Pelayanan sederhana namun bermakna ini tidak hanya memberikan dampak bagi orang lain, tetapi juga memberi perubahan dalam diri saya. Saya berharap pengalaman tersebut terus membentuk karakter saya dan menginspirasi saya untuk tetap melayani dengan hati yang tulus di masa mendatang.
